Jumat, 28 Agustus 2015

Rokok Kretek dari Sudut Pandang Peneliti

Argumen yang diungkapkan sejumlah pihak terkait Industri Hasil Tembakau (IHT) dinilai salah kaprah dan hanya berdasarkan emosi belaka. Sebab, berbagai pandangan negatif dan argumentasi itu tidak berdasar.

Peneliti Pusat Studi Kretek Indonesia (Puskindo) Universitas Muria Kudus (UMK), Zamhuri mengatakan, argumentasi terhadap kretek hanya berbasis stigma negatif dan emosi. “Dalam kalimat ‘merokok membunuhmu’, sangat tidak beralasan. Kalau gara-gara merokok bisa membunuh, maka sudah jutaan orang yang mati karena kretek (rokok),’’ kata Zamhuri dalam siaran persnya yang diterima Metrotvnews.com, Minggu (26/4/2015).

Zamhuri mengemukakan, argumentasi bahwa merokok dekat dengan narkoba tidak ada dasarnya. ‘’Banyak tokoh agama perokok. Tetapi, apakah mereka yang merokok itu lantas menjadi pecandu narkoba atau bahkan menjadi pengedar narkoba?’’ tegasnya dengan nada tanya.

Menurutnya, aturan soal Kawasan Tanpa Rokok (KTR), pembatasan produksi dan iklan, adanya kenaikan cukai setiap tahun yang memberatkan, hingga soal pemasangan gambar menakutkan dalam kemasan, menyudutkan IHT.

“Kesalahan dalam memandang IHT mestinya tidak berkepanjangan. IHT merupakan temuan anak bangsa dan produk asli Indonesia,” katanya.

Sebelumnya, peneliti kretek dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ghifari Yuristiadhi mengatakan, kretek mengandung nilai kepusakaan, tidak hanya aspek kesehatan.

‘’Kepusakaan kretek betul-betul memenuhi semua unsur yang menjadi standar warisan budaya tak benda Indonesia, bahkan dunia. Sangat mungkin kretek menjadi warisan dan pusaka nusantara tak benda,’’ ungkapnya.

Aktivis Indonesia Berdikari, Puthut EA mengatakan, jika kebudayaan itu adalah sistem pengetahuan, organisasi sosial, teknologi, penciptaan, sistem religi, inovasi, replikasi, dan lainya, itu semua bisa dipenuhi kretek. “Maka kretek layak jadi pusaka nusantara,” katanya.

Menurutnya, proses penciptaan yang kontroversial tidak bisa membatalkan seluruh eksperimen. ‘’Kalau segala hal yang kontroversial dibatalkan, maka kebudayaan di seluruh dunia tidak akan berkembang. Penciptaan teknologi pembuatan kapal, kompas, pesawat terbang, itu kontroversial. Tetapi yang kontroversi itu tidak boleh membatalkan seluruh eksperimen. Kalau semua yang kontroversial dibatalkan, maka kehidupan akan statis,’’ ujarnya.

Sumber: Metrotvnews, 26 April 2015

Tidak ada komentar: