Senin, 15 Februari 2010

Proses Pengolahan Tembakau GLT Rajangan (Slicing Type)

Pada umumnya, tembakau rajangan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1.    Fine Cut         : Small Rajangan Size
2.   Broad Cut       : Medium Rajangan Size
3.   Sugary             : Added Sugar Rajangan

Sedangkan proses tembakau rajangan dibedakan atas 2 macam, yaitu :
a.       Un-Clean Tobacco (UCT), yaitu proses tembakau rajangan tanpa memperhatikan limit maximum Stem content atau Stem In Lamina (SIL)
b.      Clean Tobacco (CT), yaitu proses tembakau rajangan dengan memperhatikan adanya limit maximum Stem content atau Stem In Lamina (SIL)

RAW TOBACCO PREPARATION
           Proses tembakau memerlukan material penunjang selain bahan baku tembakau yang akan diproses, diantaranya adalah :
1.      Buffer stock adalah jumlah tembakau yang tersedia di lokasi pemrosesan sebelum diproses ke dalam mesin proses dimana persediaan ini harus cukup untuk diproses selama 1 (satu) hari dan mengingat keterbatasan tempat yang tersedia maka harus diperhitungkan kapasitas mesin per harinya, sedangkan jumlah stok tembakau harus sesuai dengan komposisi yang akan diproses. Oleh karena itu, permintaan tembakau dari receiving harus didasarkan pada grade tembakau yang akan diproses sesuai dengan blending komposisi yang sudah dibuat.
2.      Carton box adalah kemasan packing tembakau berbentuk kardus atau box yang terdiri dari 3 (tiga) lapisan : top, bottom dan standing layer. Kemasan ini hanya untuk ekspor tembakau, jenisnya terdiri dari C48 dan C45.

PROCESSING
Proses pencampuran grade tembakau rajangan atau blending dilakukan pada SILO, berbeda dengan proses blending pada tembakau krosok dimana proses pencampuran grade tembakau (blending) dilakukan pada feeding table. Pada GRS (Green Receiving Storage) bal tembakau sudah disusun sesuai dengan komposisi blend pada rak yang sudah disiapkan sehingga pada buffer stock tinggal diatur cara pemasukkannya ke conveyor feeding sesuai dengan komposisi blend yang diinginkan. 

RAJANGAN LINE GLT 01
            Pada umumnya, mesin pada GLT 01 digunakan untuk memproses tembakau Sugary dan Fine Cut. Jenis tembakau yang pernah diproses di GLT Rajangan Line I adalah Rajangan Pakpie Ploso (RPP), Rajangan Tamanan Weringin (RTR), Rajangan Garut (RGR), Rajangan A Mild (RAM). Tembakau dari buffer stock masuk ke feeding conveyor sesuai kapasitas feed rate mesin per jamnya. Untuk memaksimalkan penguraian tembakau dilakukan pemotongan pada bale tembakau sesuai spesifikasi mesin yang dinamakan Vertical Bale Slicer.

Gambar 1. Vertical Bale Slicer
 Setelah itu, tembakau dimasukkan ke dalam mesin conditioning untuk dikondisikan MC dan temperaturnya. Pada mesin conditioning ini, tembakau dipanaskan atau dinaikkan suhu dan kandungan air (MC) dengan menggunakan steam yang keluar dari pin-pin yang terdapat didalam mesin Conditioning sehingga tembakau lebih mudah terurai dan tidak hancur pada waktu masuk opener.
 Gambar 2. Conditioning Machine
Pada proses tembakau Fine Cut, setelah tembakau keluar dari mesin conditioning tembakau tidak masuk ke mesin Opener (by pass), akan tetapi tembakau langsung dilewatkan pada long band conveyor yang kemudian masuk ke SILO. Sedangkan pada proses tembakau Sugary dan Broad Cut, tembakau harus melewati mesin Opener atau thresher untuk pemisahan lamina dan stem. Sebelum itu, tembakau terlebih dahulu dilewatkan pada Auto Feeder dimana terdapat Doffer untuk mengatur volume tembakau dan meratakan tembakau pada konveyor auto feeder. Agar tembakau rajangan tidak menggumpal dan lebih merata maka tembakau melewati Vibratory Conveyor yang kemudian tembakau menuju ke distributor conveyor untuk dibagi ke 3 buah picking table dimana terdapat pekerja yang bertugas mengambil NTRM. Setelah dari picking table tembakau siap untuk masuk Opener.
Proses pemisahan lamina dari stem bits rajangan dilakukan melalui 3 tingkatan (stage), yaitu
Stage 1
Setelah melalui 3 buah picking table, tembakau bercampur menjadi satu dan melewati vibratory conveyor yang meratakan dan membagi tembakau masuk ke 2 buah mesin Opener 60”. Pada awalnya Opener hanya berfungsi untuk menguraikan material tembakau. Namun pada proses tembakau rajangan CT, Opener ini juga berfungsi untuk memisahkan lamina dan stem karena menggunakan 2 macam basket yaitu diamond basket dan round basket. Setelah tembakau keluar dari opener, tembakau dipisahkan antara material yang berat dan yang ringan dengan CFS (Counter Flow Separator) sebanyak 2 kali. Material ringan yang berupa lamina masuk long band conveyor, sedangkan material yang berat masuk pada proses selanjutnya
Stage 2.
Material berat yang keluar dari CFS stage 1 tadi masuk ke Opener 48”, kemudian dipisahkan antara yang berat dan ringan oleh CFS sebanyak 1 kali. Material ringan yang berupa lamina masuk long band conveyor, sedangkan material yang berat masuk pada proses selanjutnya.
Stage 3
            Material berat yang keluar dari CFS stage 2 tadi masuk ke mesin Opener 48” yang kemudian dipisahkan lagi antara material berat dan yang ringan menggunakan Vertical Lift Separator (VLS) sebanyak 1 kali. VLS ini fungsinya sama dengan dengan CFS namun bentuk konstuksinya berbeda, VLS tidak mempunyai secondary winnower dan hembusan angin tidak berasal dari satu sisi bawah akan tetapi angin berasal dari samping kanan dan kiri sehingga angin bertemu ditengah dan kemudian angin dihembuskan ke atas. Material ringan yang berupa lamina masuk ke long band conveyor, sedangkan material berat terpisah menjadi produk bits stem.
 Gambar 3. Opener Machine
            Lamina tembakau yang berasal dari long band conveyor tadi kemudian masuk ke dalam SILO untuk dilakukan proses pencampuran tembakau atau blending. Berbeda dengan tembakau krosok, proses blending dilakukan pada feeding table. Setelah tembakau keluar dari SILO, material tembakau tersebut melewati vibrotory sieving yang mempunyai screen untuk memisahkan dust kasar dari lamina tembakau. Setelah itu, tembakau melewati alat yang dinamakan ARGUS. Argus ini mempunyai sensor warna dan laser untuk mendeteksi adanya NTRM dalam tembakau. Material tembakau yang tidak terdeteksi atau bebas dari NTRM akan diteruskan ke Auto Feeder sedangkan tembakau yang terdeteksi adanya NTRM akan dipisahkan oleh Argus melalui conveyor yang melewati picking table dimana terdapat pekerja yang bertugas mengambil NTRM. Setelah dari picking table, tembakau dilewatkan kembali melalui Argus bergabung dengan lamina tembakau dari SILO untuk dideteksi lagi ada atau tidaknya NTRM. Setelah tembakau yang bebas dari NTRM tersebut masuk ke Auto Feeder, tembakau melewati alat Mattering tube untuk diatur kecepatan flow rate-nya antara Auto feeder dan Weighing conveyor.
Mattering Tube terdiri dari 3 (tiga) sensor Photo Electric (PE) yaitu Up, Middle, Bottom yang berfungsi untuk mengatur kecepatan flow rate pada Auto Feeder dan Weighing Conveyor. Apabila tembakau menutupi sensor PE yang bawah (bottom) maka weighing conveyor dan auto feeder akan berjalan normal, bila sensor PE yang tengah (midle) tertutup maka kecepatan konveyor auto feeder berjalan lambat sedangkan weighing conveyor berjalan agak cepat. Apabila sensor PE yang paling atas (up) tertutup maka conveyor pada auto feeder akan mati sedangkan weighing conveyor masih tetap berjalan. Weighing conveyor akan mati apabila berat tembakau pada weighing conveyor dibawah set point yang telah ditentukan.
 Gambar 4. Mettering Tube
 Pada weighing conveyor, tembakau ditimbang sebelum masuk ke TCL Dryer. Setelah tembakau masuk ke dalam TCL Dryer, tembakau dikondisikan MC dan temperaturnya sesuai dengan spesifikasi produk yang diinginkan. Selanjutnya, tembakau dilewatkan ke vibratory sieving untuk dipisahkan antara TFD, TFS dan dust. Fines (TFD dan TFS) tersebut dimasukkan ke dalam box dan ditimbang dengan berat yang diinginkan. Material tembakau yang bebas dari Fines dan dust tersebut kemudian melewati conveyor untuk proses packing.
Tahap selanjutnya, tembakau siap dikemas dalam suatu carton box C48 dengan berat yang telah ditentukan dengan menggunakan Fishburne press. Tembakau dalam box tersebut ditimbang ulang menggunakan re-weighing conveyor dan kemudian tembakau dimapatkan lagi menggunakan Holding press. Selanjutnya box dilewatkan ke mesin Auto strapping untuk diikat dan kemudian masuk ke Box Rotator untuk diuji kepadatan box. Box ditumpuk pada palet menggunakan Outomatic Bale Stacker.

Fines dan Bits Stem
            Pada Rajangan Line GLT 01, tidak terdapat mesin stem dryer dan fines screw dryer sehingga bits stem yang dihasilkan pada GLT 01 biasanya dikemas dalam bentuk karung goni atau colly. Sedangkan pada produk fines, pada GLT 01 fines dipisahkan dari produk lamina rajangan pada saat tembakau keluar dari mesin Annular Dryer sehingga kemungkinan fines sudah kering dan fines (baik TFD maupun TFS) dikemas dalam corton box C48 tergantung dari jenis tembakau dan macam proses yang dilakukan (CT atau UCT).


RAJANGAN LINE GLT 02
    Tembakau dari buffer stock masuk ke feeding conveyor (2 line) sesuai kapasitas feed rate mesin per jamnya. Untuk memaksimalkan penguraian tembakau dilakukan pemotongan pada bale tembakau sesuai spesifikasi mesin yang dinamakan Vertical Bale Slicer. Kemudian tembakau dari 2 line feeding conveyor bercampur menjadi satu melewati weighing conveyor dimana conveyor tersebut mengatur feed rate tembakau yang masuk ke JCC tiap jamnya (kg/jam). Kemudian tembakau masuk ke Jet Conditioning Cylinder (JCC) untuk diatur MC dan temperaturnya agar tembakau lebih terurai dan tidak hancur pada waktu tembakau masuk proses lossening dan classifying. Pada mesin JCC ini, tembakau dipanaskan atau dinaikkan suhu dan kandungan air (MC) dengan menggunakan steam yang keluar dari pin-pin yang terdapat didalam mesin JCC.
 Gambar 5. Pin pada Jet Conditioning Cylinder
Tembakau yang telah terurai setelah keluar dari JCC kemudian melewati vibro conveyor untuk memudahkan distribution conveyor dalam membagi tembakau ke 5 meja picking table. Pada picking table terdapat pekerja yang bertugas mengambil foreign matter (NTRM) dan tembakau off blend. Selain itu, pada ujung meja picking table terdapat alat yang dinamakan Velcro roller untuk memisahkan NTRM berupa benang/tali goni, plastik. 
 Gambar 6. Picking Table with Velcro Roller
Setelah melalui picking table, tembakau bercampur menjadi satu pada konveyor yang melewati alat metal detector (A) yang fungsinya untuk mendeteksi logam yang terikut pada tembakau. Apabila pada tembakau terdeteksi logam, maka konveyor akan berbalik arah dan tembakau keluar melewati konveyor yang dideteksi lagi dengan metal detector (B) dan logam akan terjatuh dan dibersihkan oleh pekerja. Sedangkan tembakau yang telah dideteksi metal detector (B) dan tidak terdeteksi unsur logam, tembakau akan dilewatkan lagi pada metal detector (A) dan konveyor berjalan kembali normal menuju ke auto feeder.
 Gambar 7. Metal Detector
Auto feeder terdiri dari Bundle Buster dan Doffer. Pada Bundle buster ini tidak dipasangi basket, namun terdapat cakar-cakar besi yang berputar berlawanan dan kecepatan putarannya berbeda. Bundle buster fungsinya hanya untuk menguraikan tembakau, kemudian tembakau dilewatkan pada konveyor auto feeder dimana konveyor tersebut terdapat Doffer untuk mengatur volume material dan meratakan tembakau.

Gambar 8. Auto Feeder
Setelah melewati auto feeder tembakau ditimbang lagi menggunakan weighing conveyor untuk menstabilkan feed rate-nya sebelum tembakau masuk string removal. Fungsi string removal adalah untuk memisahkan tembakau dari plastik atau tali (NTRM). Kemudian tembakau siap untuk masuk ke mesin thresher.

Gambar 9. String Removal
Pada Rajangan Line GLT 02 terdapat 4 tahapan proses thresher, yaitu : 
Stage 1
Tembakau oleh mesin flow splitter dibagi menjadi 2 dan masing-masing masuk ke mesin thresher (2 buah mesin thresher) untuk diuraikan karena thresher pada stage 1 tidak dipasangi basket. Tembakau hasil threshing kemudian bergabung dan masuk secara seri ke 4 Counter Flow Separator (CFS) untuk dipisahkan antara material yang berat dan ringan. Material ringan yang berupa lamina masuk ke long band conveyor, sedangkan material tembakau yang berat masuk ke thresher tahap berikutnya.
 Gambar 10. Thresher with Flow Splitter
Stage 2
            Material tembakau berat dari stage 1 masuk ke mesin flow splitter untuk dibagi ke 2 buah mesin thresher. Pada tahap ini dilakukan pemisahan lamina dari stem bitsnya, kemudian hasil threshing dipisahkan antara material berat dan ringan secara seri melalui 3 mesin Counter Flow Separator (CFS). Material ringan langsung masuk ke long band conveyor, sedangkan material yang berat masuk ke stage berikutnya.
Stage 3
            Material berat dari stage 2 kemudian masuk ke 1 (satu) buah mesin thresher. Pada tahap ini dilakukan pemisahan lamina dari stem bitsnya, kemudian hasil threshing dipisahkan antara material berat dan ringan pada 1 mesin Counter Flow Separator (CFS). Material ringan langsung masuk ke long band conveyor, sedangkan material yang berat masuk ke stage selanjutnya.
Stage 4
            Material berat dari stage 3 kemudian masuk ke 1 (satu) buah mesin thresher. Pada tahap ini dilakukan pemisahan lamina dari stem bitsnya, kemudian hasil threshing dipisahkan antara material berat dan ringan pada 1 mesin Multi Separator. Material yang ringan ke long band conveyor sedangkan material berat yang berupa bits stem melewati vibro conveyor (stem line) kemudian melalui air legg, stem bits ditarik menuju stem dryer.
Pada vibro conveyor juga terdapat 2 buah air legg yang menarik fines lamina dan flag stem yang masih terikut pada bits stem. Salah satu air legg yang menarik flag stem kembali masuk ke thresher stage 4, sedangkan air legg lainnya yang menarik fines menuju ke fines dryer bergabung dengan fines dari vibro sieving sebelum produk lamina masuk SILO.
Lamina tembakau yang terdapat pada long band conveyor kemudian dilewatkan vibro sieving untuk memisahkan fines dari produk lamina, kemudian tembakau masuk ke SILO (2 buah) untuk proses pencampuran (blending). Pengisian 2 buah SILO tersebut biasanya bergantian yaitu 1 buah SILO per operasi. Setelah keluar dari SILO, tembakau dilewatkan pada 2 (dua) buah ARGUS untuk dicek ada tidaknya NTRM dan NTRM tersebut dipisahkan dari tembakau dengan sensor dan sinar laser ARGUS. Tembakau yang bebas dari NTRM langsung dialirkan menuju auto feeder, sedangkan tembakau yang masih mengandung NTRM dilewatkan ke picking table dimana terdapat pekerja yang bertugas mengambil NTRM. Kemudian tembakau dilewatkan lagi pada alat LS 9000 untuk dicek ulang dan dipisahkan lagi adanya NTRM yang masih terikut pada tembakau. Tembakau yang telah dicek menggunakan LS 9000 dan masih mengandung NTRM maka dijatuhkan dan dibersihkan oleh pekerja, sedangkan tembakau yang tidak mengandung NTRM dilewatkan lagi pada conveyor yang melalui Argus.

 Gambar 11. ARGUS
Tembakau yang terbebas dari NTRM yang telah dialirkan ke auto feeder kemudian diatur flow rate-nya menggunakan mettering tube dan ditimbang menggunakan weighing conveyor. Setelah itu, tembakau dimasukkan ke Annular Dryer melalui vibro conveyor. Pada annular dryer tembakau dikeringkan dengan MC dan temperatur yang telah ditentukan sesuai dengan spesifikasi produk lamina untuk proses aging. 
 Gambar 12. Annular Dryer
Setelah keluar dari annular dryer, tembakau dilewatkan vibro conveyor menuju Fishburne Press (2 buah). Alat ini berfungsi untuk mengemas tembakau dalam carton box dengan berat yang telah ditetapkan. Melalui alat transfer car, kemudian berat tembakau disesuaikan lagi dengan cara ditimbang ulang (re-weighing). Setelah itu, tembakau dipress untuk lebih dimampatkan lagi dengan alat holding press, kemudian box diikat dengan dilewatkan pada alat Automatic Strapping. Dengan alat yang dinamakan Automatic bale stacker, carton box ditumpuk dengan 3 tumpukan box dan kemudian ditaruh pada palet. Pada saat tertentu sebelum box ditumpuk pada palet, box diputar 180menggunakan alat Box Rotator untuk dianalisa CDCV (case density coefisien of varians).
 Gambar 13. Automatic Bale Stacker
FINES
Fines dari vibro sieving sebelum masuk SILO dan fines dari air legg pada bits stem kemudian dikeringkan pada fines screw dryer. Setelah keluar dari fines screw dryer, kemudian fines dilewatkan pada vibro sieving untuk memisahkan TFD dan TFS. TFD dan TFS tersebut ditampung atau dikemas menggunakan box C48 dan ditimbang dengan berat yang telah ditentukan.
BITS STEM
Bits stem dari hasil threshing stage 4 kemudian ditarik oleh air legg kemudian masuk ke mini auto feeder. Bits stem diatur kecepatan flow rate-nya menggunakan mettering tube dimana mempunyai 3 buah photo electric (PE) dan ditimbang menggunakan weighing conveyor. Kemudian bits stem masuk ke stem dryer melalui vibro conveyor. Setelah keluar dari stem dryer, bits stem dilewatkan vibro conveyor menuju picking table dimana terdapat pekerja yang bertugas untuk mengambil adanya NTRM pada bits stem. Kemudian bits stem dilewatkan pada vibro sieving untuk pemisahan antara bits stem M, bits stem B dan Dust. Bits stem M dan B tersebut ditimbang dengan berat yang telah ditentukan dan siap dikemas menggunakan box C48, sedangkan Dust dikemas menggunakan karung/Colly. 
Packing Fines dan Bits Stem
Fines dan Bits stem yang telah dikemas dalam box C48 ditimbang lagi (re-weighing) dan dipress menggunakan holding press, kemudian box C48 diikat menggunakan Auto strapping. Setelah diikat, kemudian box ditumpuk menggunakan Automatic Bale Stacker.

5 komentar:

Mr.X mengatakan...

artikelnya menarik tapi karena aku orang awam jadi kalo baca susah banget nangkep maksudnya.Nah supaya mudah dimengerti, tolong dong dikasih diagram alur prosesnya. Makasih

BlandhongAlas mengatakan...

OK, thanks sarannya...ikut follower-ku bro biar kita saling kenal...thanks

Anonim mengatakan...

saya kerja di bengkel konstruksi mesin pengolah tembakau, saya termasuk karyawan baru dan ingin belajar mengenai proses tembakau, kalu sempat mohon kasih tips2 di emailku ardian_blt@yahoo.co.id trimz!!

Unknown mengatakan...

untuk kapasitas, dimensi dan daya mesin yg digunakan bisa diperoleh dimana ya?/

Unknown mengatakan...

Mesin cut rag itu yg mana... Apakah cut rag itu istilah pemrosesan tembakau?