Hanya kata "Astaghfirullah..." yang bisa keluar dari mulutku ini saat menghadapi masalahku saat ini. Bayangkan aja gimana Anda gag marah dan sakit hati bila pasangan Anda mengatakan "pisah-an" ???? Walaupun itu terlintas dalam pikiran dan dia mengatakannya kepada Anda. Baginya mungkin itu adalah hal sepele yang gak usah diperdebatkan, akan tetapi bagiku itu adalah hal yang sangat serius.
Mungkin sedikit aku ceritakan sedikit tentang masa laluku.
Dulu sebelum menikah, aku mempunyai prinsip hidup mengenai suatu hubungan cinta yaitu " Jangan pernah memikirkan atau mengatakan kata pisah/putus/cerai dalam 3 kali didepanku karena aku kan kabulkan kata-kata itu dan setelah berpisah aku tidak akan pernah mau kembali walaupun aku masih sangat cinta dan sayang kepadamu."
Mungkin orang beranggapan kalau hal ini terlalu egois, namun itulah kenyataannya. Memang benar jika aku ini laki-laki yang gak bisa romantis, gak bisa menunjukkan rasa sayang bila sayang, gak bisa tunjukkan rasa cinta bila kurasakan cinta. Sayang dan cinta hanya kupendam dalam hati dan tak pernah bisa mengutarakan atau mengungkapkannya pada kekasihku. Entah kenapa aku bisa seperti itu.
Mungkin karena aku dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang kurang ada rasa kasih sayang terhadap saudara dan keluarga yang penuh dengan kekerasan dan baku hantam bila menghadapi masalah dalam keluarga karena saudara semua laki-laki.
Setelah menikah, aku hadir dalam keluarga yang penuh kehangatan, penuh rasa kasih sayang dan persaudaraan yang kuat sekali. Sungguh bertolak belakang dengan keluargaku. Dan istriku adalah istri yang penyayang, pekerja keras, patuh dan sangat menghormati suami. Aku sangat bahagia dan bangga padanya. Namun dia itu orangnya sangat sensitif, banyak sekali kata-kata dariku yang kuanggap biasa tapi baginya malah membuatnya sakit hati. Aku sering bingung dibuatnya.
Setelah 3 tahun menikah, kami dikaruniai seorang putri yang cantik. Walaupun kita berumah tangga dengan dipisahkan jarak dan waktu, bertemu hanya hari sabtu dan minggu saja tapi aku cukup bersyukur dengan memiliki mereka.
Namun.....semua itu sekarang telah berubah setelah mempunyai anak dan istri mendapatkan kerja yang waktu kerjanya sangat panjang dan tak menentu. Disaat aku libur weekend istri malah kerja, dan kesempatan ngobrol juga jarang terjadi. Disaat libur, orang lain bisa rekreasi bersama keluarga namun itu tak pernah terjadi padaku tapi semua itu aku terima dengan ikhlas. Mungkin dengan kesibukannya jarang sekali sms dan telp, dan aku sendiri pun juga memakluminya. Aku berusaha telp tapi jarang diangkat, aku sms jg kadang gag dibalas. Aku sering kali memohon ke dia supaya gag usah bekerja dan dirumah aja momong anak tapi dia-nya gag mau alasannya gajiku masih tidak cukup membiayai anak dan istri. Aku terus berusaha memakluminya. Aku ikuti semua ibarat air yang mengalir. Akan tetapi, hal itu malah membuat jadi masalah besar.
Puncaknya, disaat waktu senggang yang kami bisa ngobrol berdua, lha kok dia curhat bahwa dia gag kuat menghadapi ini semua. Katanya aku gag sayang dan cinta lagi kepadanya padahal semua tidak begitu. Aku sayang dan cinta padanya dan juga pada anak kami. Katanya dia cemburu sama anaknya sendiri padahal aku juga gag kurangi sayangku padanya dan sayangku pada anak adalah wajar. Aku berusaha jelaskan bahwa sayang terhadap istri dan anak itu beda. Semuanya aku sayang. Dan saking gak kuat menahan sakit hatinya dia sampai berpikir mau pisahan sama aku...Astaghfirulllah al adzim....Bagai disambar petir aja aku mendengarnya dan rasanya aku kayak bermimpi saat dia mengatakannya. Namun, aku berusaha mengalah dan memberikan pengertian padanya. Saat itu masalah sudah clear. Tapi tidak bagi diriku. Kata2 perpisahan itu selalu terngiang-ngiang dan membuatku tambah resah.
Sekarang aku dihadapkan dan dibenturkan pada prinsip hidupku yang dulu itu. Aku sedih tapi aku berusaha menutupinya. Aku berusaha pendam dalam lubuk hatiku yang paling dalam tapi kok makin lama tambah membuat aku semakin tidak nyaman. Kemudian pagi hari sebelum berangkat kerja aku berusaha kasih tahu dia lewat sms. Bukannya aku mengancam ato apa, aku berusaha terbuka padanya agar dia tahu apa yang kurasakan. Lha kok dia malah tambah kecewa dan sakit hati. Harusnya aku yang marah lha kok dia yang marah. Aku bingung. Padahal dari dulu aku selalu berusaha lebih baik yang sakit aku daripada dia, lha kok malah sebaliknya. Aku bingung kenapa aku selalu menyakiti dirinya.
Orang yang kusayangi sekarang menjadi membenci diriku. Katanya hatinya dah hancur ke level yang dia sendiri tak tahu...Semua kata-kata yang keluar dari mulutku adalah duri baginya. Kutak tahu harus bagaimana lagi. Katanya aku mengingkari janji suci perkawinan dihadapan Allah. Astaghfirullah.....dia tidak bisa memaafkan aku lagi....kata maafku sudah tak ada artinya lagi.
Haahhhh.....buat apa aku punya mulut, otak, hati, tangan dan kaki bila tidak bisa buat keluargaku bahagia... Sekarang dia sudah berubah menjadi pribadi yang berbeda, mempunyai emosi yang meledak-ledak, ingin menguasai, tak mau kalah, tidak patuh dan tidak menghargai suaminya lagi. Apakah karena ada masalah dengan tempat kerjanya atau merasa uang gajiku yang kukasih ke dia lebih kecil dibanding yang dia peroleh sendiri sehingga dia berubah seperti itu??!! Aku sendiri gag tau. Atau malah sebaliknya, aku sendiri yang berubah ato karena aku cuek, yang kurang sayang dan perhatian sama dia sehingga dia berubah seperti itu??!! Aku sendiri juga tak tahu.
Aku memang bukan orang suci, punya iman yang tipis tapi aku masih percaya bahwa Allah tidak akan memberikaan cobaan yang melebihi kemampuan umat-Nya.
Walau semua tak seperti dulu lagi, aku ikhlas dan pasrah...semua kuserahkan pada-Mu Ya Allah...Aku tak tahu harus berbuat apa lagi....semua tindakan dan ucapanku adalah panah api bagi dia.
Hamba-Mu mohon petunjuk dan ampunan-Mu Ya Allah....Semoga Engkau selalu memberkati dan melimpahkan rahmah hidayah-Mu kepada hamba-hambaMu yang lemah ini...Tiada kuasa yang melebihi kuasa-Mu...Jadikan kami keluarga yang bahagia, sakinah, mawadah dan warohmah serta selalu dalam ridlo dan lindungan-Mu, Ya Allah...Amiiennn....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar